A. Gempa Bumi Mengguncang Timor Leste
Gempa bumi tektonik dengan kekuatan 6,2 Scala Richter mengguncang Ibukota Dili selama kurang lebih 20 detik pada pakul 20.12 Waktu Timor Leste (2/23/2013). Lumayan kuat dan membuat jantung deg-degan...
Sepertinya ini rangkaian dari gempa bumi tektonik yang terjadi di Tual/Pulau Tanimbar, Maluku Tenggara Jauh kemarin yang berkekuatan 5,1 SR.
Gempa Maluku kemarin, berada di lokasi pulau Tanimbar. Gempa bumi ini terjadi pada pukul 22.14 Wib (2/22/2013). Lokasi gempa ada pada 6.78 lintang selatan dan 132.30 bujur timur. Kedalaman gempa mencapai 10 km.
Lokasi gempa berada pada 122 km barat daya Tual Maluku, 133 km barat daya Maluku Tenggara, 137 km timur laut Maluku tenggara Barat, dan 569 km tenggara Ambon Maluku.
Gempa Dili malam ini, juga terasa di beberapa distrito seperti Manatuto, Baucao, dan Lospalos. Seorang warga dii Baucau menyatakan kuatnya guncangan gempa. Begitu juga sebagaimana disampaikan oleh Sefe do Suco Tutuala, Subdistrito Tutuala, Distrito Lospalos yang menyatakan kuatnya guncangan gempa hingga menyebabkan seng/kaleng atap gereja berbunyi keras.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
(BMKG) Indonesia dalam situs resminya menyebut, lokasi gempa berada pada 8.71 LS-127.55
BT dengan kedalaman 10 kilometer. Gempa tersebut dilaporkan tidak berpotensi
tsunami.
"Diperkirakan tidak menimbulkan kerusakan
parah di pantai timur Timor Leste," ujar Sutopo dalam pesan singkat
kepada www.Okezone.com, Sabtu (23/2/2013).
Gempa berpusat di 204 kilometer sebelah timur Ibukota Dili, 163
kilometer sebelah tenggara Maluku Barat Daya, 296 kilometer sebelah Timur Laut Kabupaten Belu/Atambua Nusa Tenggara Timur, dan
319 kilometer sebelah Tenggara Pulau Alor dengan kedalaman 10 km.
Sementara itu, sebagaimana dilansir oleh www.okezone.com, intensitas gempa di Timor Leste masuk dalam kategori ringan
hingga sedang atau skala IV-V MM.
B. Timor Leste dan Wallace Zone's
Untuk dapat memahami asal-usul gempa bumi
dengan segala dinamikanya di Timor Leste, maka mau tidak mau; suka tidak suka
harus memposisikan Timor Leste sebagai bagian integral yang tak terpisahkan
secara geografis dari Pulau Timor serta pulau-pulau di sekitarnya (Pulau
Australia, Kepulauan Indonesia, dan Kepulauan Ocean Pasifik).
Dengan bantuan ilmu geologi (ilmu yang mempelajari kulit bumi ), dapat dipastikan
bahwa Pulau Timor merupakan bagian dari keseluruhan proses perkembangan bumi yang
dimulai dari awal terbentuknya hingga terlihat saat ini. Berdasarkan ilmu ini,
maka planet bumi ini mengalami proses evolusi perkembangan kuantitatif dan
kualitatif dalam beberapa jaman, yakni:
Zaman Azoikum (Era tidak ada kehidupan)
Diperkirakan bahwa zaman ini berlangsung sekitar 2.500
juta tahun yang lalu, di mana keadaan bumi masih belum stabil dan masih panas
karena sedang dalam proses pembentukan. Artinya, pada zaman ini permukaan bumi
belum terbentuk adanya daratan. Dengan demikian---ketika dikaitkan dengan
kehidupan---pada zaman ini tidak ada tanda-tanda kehidupan.
Zaman Paleozoikum (Kehidupan Tertua)
Diperkirakan, zaman ini berlangsung sekitar 340 juta tahun
yang lalu, keadaan bumi masih belum stabil dan masih terus berubah. Akan tetapi
menjelang akhir dari zaman ini mulai ada tanda-tanda kehidupan, khususnya hewan bersel satu---hewan kecil yang
tidak bertulang belakang, jenis ikan, amphibi, reptil dan beberapa jenis
tumbuhan ganggang. Karena itulah, zaman ini dinamakan pula dengan zaman primer (zaman kehidupan
pertama).
Diperkirakan, zaman ini berlangsung sekitar 140 juta
tahun yang lalu, pada jaman ini kehidupan telah mengalami perkembangan yang
sangat pesat seiring dengan makin stabilnya kondisi bumi. Denyut kehidupan pun
mulai beragam.
Zaman Neozoikum (Kehidupan Muda)
Diperkirakan, zaman ini berlangsung sekitar 60 juta tahun
yang lalu. Zaman ini terbagi dalam dua fase, yakni zaman tersier
(kehidupan ketiga) dan quarter (kehidupan keempat). Pada zaman ini,
keadaan bumi telah membaik dengan perubahan cuaca yang tidak begitu ekstrim.
Dengan demikian, secara natural kehidupan juga berkembang dengan pesat.
Zaman Tersier
Zaman tersier ini, diperkirakan berlangsung sekitar 10 juta tahun
yang lalu, di mana Pulau Kalimantan (Indonesia) masih menyatu dengan benua
Asia. Pulau Timor belum terbentuk.
Zaman Quarter
Diperkirakan berlangsung sekitar 600 ribu tahun yang
lalu. Zaman ini terbagi atas jaman
diluvium (pleistocen) dan
zaman alluvium (holocen). Zaman Diluvium dimulai sekitar 600 ribu tahun yang lalu. Zaman ini
dinamakan pula sebagai zaman glacial (zaman es) karena es di kutub utara
mencair sehingga menutupi sebagian wilayah Benua Eropa Utara, Asia Utara dan
Amerika Utara.
Pada masa ini, kepulauan Indonesia bagian barat seperti
Sumatera, Jawa dan Kalimantan masih menyatu dengan daratan Asia, sedangkan kepulauan
Indonesia bagian timur---termasuk Pulau Timor---masih menyatu dengan daratan Australia.
Dampak dari mencairnya es di kutub telah mengakibatkan pulau-pulau di kepulauan
Indonesia dipisahkan oleh lautan baik dengan Asia maupun Australia. Bekas
daratan Asia yang sekarang menjadi dasar laut disebut paparan/dataran sunda, sedangkan bekas daratan Australia yang
terendam air laut di sebut paparan/dataran
sahul. Kedua dataran tersebut dipisahkan oleh Zone Wallace (garis wallace)---ilmuwan Eropa yang meneliti proses
kehidupan di sekitar kawasan Sunda dan Sahul.
Fase selanjutnya adalah zaman
alluvium atau akhir dari Zaman Es yang berlangsung sekitar 20.000 tahun yang lalu, di mana suhu rata-rata bumi
meningkat dan permukaan laut meningkat pesat. Sebagian besar Paparan Sunda
tertutup lautan dan membentuk rangkaian perairan Selat Malaka, Laut Cina Selatan, Selat Karimata, dan Laut Jawa. Pada periode inilah terbentuk Semenanjung Malaya, Pulau
Sumatera, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, dan
pulau-pulau di sekitarnya. Di timur, Pulau Irian dan Kepulauan Aru terpisah dari daratan utama Benua Australia.
Intinya, pada masa ini kepulauan yang dikenal dengan Indonesia
saat ini dan pulau-pulau lain di sekitarnya telah terbentuk dan tidak lagi
menyatu dengan Asia maupun Australia. Begitu pulau dengan Pulau Timor,
Nusa Tenggara, Sulawesi, Papua, dan pulau-pulau kecil lainnya yang tidak lagi
menyatu dengan Australia.
Jadi, secara geologis wilayah Indonesia dan sekitarnya merupakan kajian yang menarik. Karena sekali lagi bahwa di bagian timur negeri Indonesia hingga selatan kepulauan
ini terdapat busur pertemuan dua lempeng benua yang besar: Lempeng Eurasia (baca: dataran sunda) dan Lempeng Indo-Australia (baca: dataran sahul). Di bagian ini, lempeng Eurasia bergerak menuju
selatan dan menghunjam ke bawah Lempeng Indo-Australia yang bergerak ke utara.
Akibat pergerakan lempeng tersebut, maka terbentuklah barisan gunung api di sepanjang Pulau Sumatera, Jawa, hingga pulau-pulau Nusa Tenggara. Dengan demikian, tidaklah mengherankan jika
kebenyakan permukaan pulau-pulau di sebelah tenggara/selatan Asia Tenggara ini
bermuka ‘benjol-benjol alias tidak rata’. Adanya pergerakan lempeng ini, secara
otomatis akan menimbulkan guncangan pada daerah-daerah di sekitar lempeng, dan
guncangan inilah yang disebut dengan gempa bumi. Singkatnya adalah daerah sekitar lempeng sangat rawan dengan gempa bumi, baik gempa bumi vulkanik (akibat letusan
gunung merapi) maupun gempa bumi tektonik (akibat pergerakan lempeng bumi).
Terkait dengan gempa vulkanik, dapat
dipastikan bahwa Timor Leste dan secara keseluruhan Pulau Timor tentu tidak
akan terkena/terjadi mengingat di daratan Timor tidak terdapat satu pun gunung
berapi yang aktif---semua gunung dan deretan pegunungan di Pulau Timor masuk
dalam kategori gunung mati. Hal yang patut diwaspadai adalah terkait dengan
gempa tektonik, mengingat gempa ini dipicu oleh pergerakan kedua lempeng di bawah
dasar lautan. Meskipun begitu, lokasi
Pulau Timor yang letaknya relatif agak jauh dari Garis Wallace (Zona Wallace),
maka seandainya terjadi pergeseran/pergerakan lempeng bumi, maka efek akibatnya
tidak akan sama dengan daerah-daerah yang berada persis di jalur garis itu.
Terkecuali terdapat lapisan bumi yang berada persis di bawah daratan Timor yang
ikut bergerak. Semua ini menjadi tugas negara dan alhi geologis untuk
menelitinya.
C. SEPINTAS TENTANG TEORI TENTANG PERGERAKAN LEMPENG
Tektonik Global itu merupakan suatu konsep tektonik lempeng yang
merupakan gabungan dari banyak kejadian geologi yang menjelaskan adanya
bukti-bukti pergerakan lempeng – lempeng tektonik. Bukti-bukti tersebut,
dijelaskan dalam beberapa teori mengenai tektonik lempeng. Salah satu teori
tektonik lempeng adalah teori apungan benua (continental drift), yang menyatakan bahwa benua-benua yang sekarang
ada, dulu adalah satu bentang muka yang bergerak menjauh sehingga melepaskan
benua-benua tersebut dari inti bumi. Dan kekuatan untuk pergerakan tersebut
adalah dari arus konveksi yang ada di dalam mantel bumi. Jadi pada 200
juta tahun yang lalu, semua benua masih berkumpul menjadi satu, sekitar 160
juta tahun yang lalu, terpisah menjadi dua benua besar, yaitu Laurasia dan
Gondwanaland. Setelah sekian lama, kedua benua tersebut terpecah-pecah menjadi
beberapa benua dengan bentuk yang terlihat sekarang. Saat ini terdapat tujuh
buah lempeng tektonik yang besar dan beberapa lempeng yang kecil. Lempeng yang
besar meliputi lempeng Pasifik, Lempeng North American, Lempeng Eurasia,
Lempeng Antartika, Lempeng Australia dan lempeng Afrika.
Lempeng – lempeng tektonik ini dapat bergerak relative terhadap
suatu tempat yang tetap pada lapisan mantel dan pergerakan relative antara satu
lempeng tektonik dengan lempeng lainnya, baik divergen, konvergen dan
transform. Pergerakan lempeng-lempeng tektonik ini disebabkan karena adanya
aliran konveksi. Lempeng Indo-Australia bergerak ke utara, lempeng Pasifik ke
Barat sedangkan Eurasia relative diam.***