Vladimir Ageu DE SAFI'I |
Kronologis Konflik
2004 - 2008
di Timor Leste
(Sebuah Catatan Ringan)
By Vladimir Ageu DE SAFI'I
Dapat dikatakan, bahwa semenjak bangsa-bangsa yang
mendiami pulau Timor mulai dijajah oleh bangsa-bangsa dari Eropa, maka Timor
Leste sering menjadi ajang konflik, baik konflik antara bangsa Timor Leste
melawan bangsa Asing maupun antar sesama bangsa Timor Leste sendiri. Konflik
antar bangsa Timor Leste dengan kuantitas yang cukup besar pernah terjadi pada
tahun 1975 bertepatan dengan berlangsungnya pergantian kekuasaan di Portugal setelah
meletusnya revolusi bunga pada bulan April 1974. Pada akhirnya, pergolakan
politik yang terjadi di Portugal, secara tidak langsung mempengaruhi kondisi
politik di Timor Portugis (sebutan Timor Leste). Beberapa elit politik Timor
Portugis merespon perubahan politik ini dengan mendirikan organisasi sosial
politik, di nataranya adalah UDT, KOTA, ASDT, APODETI, dan Partido Trabalista.
Konflik antar elit politik yang melibatkan massa rakyat berpuncak dengan
dibentuknya FRETILIN, yang selanjutnya pada tanggal 28 Nopember 1975
memproklamirkan berdirinya negara Timor Leste.
Pasukan Portugal tahun 1972 di Palacio do Governo Source: |
Konflik internal semakin tak terkendali dengan
adanya campur tangan dari pemerintah Indonesia. Selanjutnya, Indonesia pun
menyatakan Timor Leste menjadi bagian dari negara Indonesia. Berawal dari konflik politik internal serta ditambah dengan selama
pendudukan Indonesia, korban yang terjadi akibat konflik,diperkirakan mencapai
lebih dari 600.000 orang.[1] Jumlah
ini di luar akibat konflik internal selama dilangsungkannya referendum tahun
1999.
Pada waktu Administrasi
UNTAET, banyak institusi Negara modern dibentuk. Ini termasuk Parlemen Nasional,
Dewan Menteri, struktur-struktur pemerintahan local, dinas kepolisian dan
angkatan pertahanan. Berfungsinya dinas kepolisian, PNTL, saat ini, dan
angkatan pertahanan, F-FDTL pada khususnya, terhalangi perasaan kurang adanya
legitimasi karena cara pembentukannya. PNTL dibentuk dengan sejumlah orang
Timor Leste yang sebelumnya bekerja dengan dinas kepolisian Indonesia. Pada
tahun 2000, tentara FALINTIL dari berbagai distrik dikumpulkan bersama di Aileu
(kantonisasi). Masa waktu hidup bersama yang dipaksa ini menyebabkan
persaingan-persaingan politik yang dulu, muncul. Kerapuhan dalam rasa
kebersamaan dan disiplin sangat kelihatan. Pada akhir tahun 2000, UNTAET tunduk
pada tekanan dari Xanana Gusmao, dan setuju bahwa proses pemilihan calon-calon
untuk angkatan pertahanan yang baru akan tetap merupakan masalah internal
FALINTIL. Ini berarti bahwa pihak kepemimpinan FRETILIN tidak diperbolehkan ikut serta dalam proses
ini. Pada tanggal 1 Februari 2001, FALINTIL dibubarkan dan FDTL dibentuk.[2]
Insiden di depan Ministeriu Justisa |
F-FDTL mengalami pukulan
dari masyarakat umum secara luas, terutama dari organisasi-organisasi veteran
yang mulai terbentuk pada tahun 2001. Rogerio Lobato menyampaikan himbauan-himbauan
yang bersifat populis, mempertanyakan legitimasi F-FDTL dengan mengambil nama
FALINTIL. Kelompok-kelompok veteran, termasuk Colimau 2000 dan Sagrada Familia,
menjadi titik fokal untuk retorika anti-FDTL. Menyusul pemilihan umum pada
tahun 2001, kelompok-kelompok tersebut mulai meminta pembentukan kembali
angkatan pertahanan setelah restorasi kemerdekaan pada tanggal 20 Mei 2002.
Rogerio dipertimbangkan untuk mengambil, tetapi pada akhirnya tidak diberikan,
jabatan sebagai Sekretaris Negara urusan Pertahanan setelah Taur Matan Ruak
mengancam untuk meninggalkan angkatan pertahanan. Menjelang tanggal 20 Mei
2002, Lobato dan para pendukungnya mengadakan pawai-pawai veteran di Dili.
Setelah perolehan kemerdekaan, Rogerio Lobato diangkat sebagai Menteri
Administrasi Dalam Negeri.[4]
Generasi 1975 |
Konflik 2006 |
Sebagai bentuk tanggapan
atas mogok tersebut, maka Pimpinan F-FDTL dengan persetujuan dari pihak
Pemerintah melakukan pemecatan terhadap sekitar
594 tentara Petisioneriu pada
tanggal 17 Maret 2006. Sebagai kelanjutan atas pemecatan ini adalah semakin
tumbuhnya rasa kekecewaan di kalangan kelompok militer Petisioneriu.
Petisioner F-FDTL 2006 |
Di kawasan Tasi Tolu sendiri,
kekerasan mulai meletus hampir bersamaan dengan kekerasan yang terjadi di Palacio Governu. Peristiwa ini ditandai
dengan adanya aksi saling tembak antara anggota aktif F-FDTL dengan kelompok
Petisioner yang dibantu oleh warga sekitar yang mengakibatkan setidaknya 2
orang meninggal, beberapa luka, hancurnya puluhan rumah milik etnik Lorosa’e
dan mengungsinya ratusan penduduk ke pinggiran kota Dili seperti Dare, Tibar
dan ada juga yang ke jantung kota. Aksi tembak-menembak ini tidak terlepas dari
keberadaan para Petisioner yang bermarkas di gedung karantina pengungsian 1999
serta serta markas F-FDTL yang hanya berjarak sekitar 1 km dari tempat
Petisioner.
Selanjutnya, tanggal 28
April 2006 menjadi awal dimulainya konflik bersaudara berbau etnik meletus dan
berkembang dengan terlibatnya anggota masyarakat sipil dari kedua etnis antar
bangsa Timor Leste. Bukan hanya itu, institusi keamanan lain seperti Policia Nacional de Timor-Leste (PNTL)
juga terkena imbasnya. Dan makin memuncak dengan keluarnya komandan Polisi
Militer (PM) Mayor Reinaldo Alfredo dan puluhan anak buahnya dari Markas Besar F-FDTL
di Cai Coli serta sejumlah anggota PNTL yang lengkap dengan senjata pada awal
Mei 2006.
Xanana & Mari |
Memasuki akhir minggu
ketiga bulan Mei, kelompok militer pimpinan Mayor Alfredo Reinaldo melakukan
serangan terhadap sejumlah pejabat dan anggota militer F-FDTL di kawasan Fatu-Ahi.
Kontak senjata ini, seakan-akan mempertegas adanya nuansa interesta
politika yang melatarbelakangi konflik.
Melihat semakin tidak
terkendalinya situasi keamanan nasional (perpecahan di tubuh F-FDTL dan PNTL,
serta terpolarisasinya kelompok masyarakat), khususnya ibukota Dili, maka pada
tanggal 24 Mei 2006, pemerintah membuat sebuah keputusan politik yang intinya meminta
bantuan militer dari negara-negara tetangga seperti Australia,
Portugal (CPLP), Selandia Baru, dan Malaysia.
Konflik 2006 |
Masih pada tanggal 25
Mei 2006, sebagai aksi balasan atas peristiwa penyerangan di Fatu-Ai, tentara resmi
pemerintah (F-FDTL aktif) melakukan penembakan terhadap markas kepolisian hingga menewaskan 11 anggota polisi saat keluar dari
gedung dengan pengawalan mobil
polisi Persatuan Bangsa-Bangsa.
Selanjutnya, pada
tanggal 29 Mei 2006, Presiden Xanana Gusmão melakukan perundingan dengan
Perdana Menteri Mari Alkatiri beserta anggota kabinetnya di istana kepresidenan. Sementara itu, di luar istana, ratusan
demonstran meneriakkan yel-yel anti terhadap pemerintahan Mari Alkatiri.
Sementara itu, di tempat lain terpisah, sebuah gudang logistik pemerintah berisi
pangan dijarah oleh massa. Dalam perundingan tersebut, mulailah bermunculan
desakan dari berbagai pihak termasuk dari Menteri Luar Negeri Jose Ramos Horta agar Mari Alkatiri mengundurkan
diri dari jabatan perdana menterinya. Alasannya adalah karena dinilai gagal total
dalam mengendalikan situsi keamanan nasional, khususny ibukota Dili.
Sebagai follow up hasil pertemuan darurat
tersebut adalah Presiden Xanana Gusmao
mengumumkan keadaan darurat dan mengambil alih kekuasaan dengan dipecatnya
Menteri Dalam Negeri Rogerio Lobato dan Menteri Pertahanan Roque Rodrigus
sehingga menimbulkan perselisihan dengan Alkatiri. Namun, Mari Alkatiri
bertekad untuk mempertahankan kedudukannya, sambil mengatakan bahwa hanya
pemilihan umum sajalah---yang baru akan diadakan pada 2007---yang
dapat menyingkirkannya.
Pada tanggal 7 Juni
2006, Mayor Alfredo Reinaldo menyatakan bersedia berunding untuk mengakhiri
kerusuhan berdarah. Meski demikian, dia secara tegas meminta agar solusi damai
bagi Timor Leste adalah dengan tidak dilibatkannya Mari Alkatiri. Hanya dengan persyaratan inilah,
perdamaian di Timor Leste akan tercapai.
Pada 21 Juni 2006
Presiden Xanana Gusmao memberikan dua pilihan kepada Mari Alkatiri, yakni
mengundurkan diri atau dipecat, atau jika kedua opsi tidak diterima, maka
Xanana mengancam akan mundur dari jabatan kepresidenannya.
Taur Matan Ruak |
Sehari setelah
pengunduran Ramos Horta, maka pada tanggal 26 Juni 2006,
Mari Alkatiri mengumumkan pengunduran dirinya. Sebagai solusi atas kekosongan
jabatan, Fretilin mengusulkan nama Menteri Pertanian Estanislau da Silva
dan Ramos Horta untuk mengisi posisi perdana menteri. Selanjutnya, pada
tanggal 8 Juli 2006
Presiden Xanana Gusmão menunjuk Ramos Horta sebagai Perdana Menteri dan
dilantik pada 10 Juli 2006.
Pelantikan Ramos Horta
sendiri berada di bawah pengawalan ketat para prajurit komando Australia yang
memimpin pasukan penjaga perdamaian yang jumlahnya hampir mencapai 2 ribu
personel. Horta sendiri bertekad untuk mengakhiri kekerasan yang telah
menyebabkan 150.000 orang mengungsi. "Kami akan bekerja sangat
keras," katanya menegaskan.[7] Sementara itu, jabatan pemerintahan Ramos Horta
hanya berlangsung hingga diselenggarakannya pemilihan umum
2007.
Pergantian kekuasaan sebagaimana
yang dituntut para elit politik ternyata tidak membawa perubahan pada meredanya
konflik sosial. Sebaliknya, konflik terus berlanjut. Berbagai insiden benturan
fisik antar kelompok di kota Dili semakin meningkat dengan isu baru, yakni arte marciais. Isu atau
Loromonu dengan Lorosa’e tidak lagi terdengar,
setidak-tidaknya hingga bulan Oktober 2006.
Sementara itu, terkait
dengan isu arte marciais dalam
perjalanan sejarahnya sudah mulai muncul semenjak era Indonesia. “Sesungguhnya,
berbagai aliran perguruan beladiri, khususnya PSHT, mulai ada dan berkembang di
Timor Leste adalah karena di bawah oleh tentara-tentara Indonesia.”[8]
Semenjak itu pula, bibit-bibit permusuhan antar kelompok arte marciais sudah mulai nampak walau dengan kadar yang lebih
rendah dibanding dengan pasca konflik April
2006. Bahkan, isu arte marciais ini masih
bertahan hingga sekarang ini. Dalam konteks konflik 2006, isu arte marciais mulai terdengar sekitar
bulan Agustus di area Comoro.[9]
Sementara itu, terdapat opini lain yang
berkembang terkait dengan perubahan isu yang ada serta motif mendasar di balik
konflik. “Konflik ini adalah konflik dengan kategori politis. Motif di balik
itu semua, salah satunya adalah menyangkut faktor tanah. Sebagai ibukota
negara, Dili, mau tidak mau harus mengubah raut mukanya, yakni lebih cantik dan
elok. Babi-babi yang berkeliaran di jalanan, rumah-rumah kediaman yang
bercampur dengan kandang babi, dan semua bentuk ‘cacat sosial’ harus
disingkirkan. Tata ruang kota harus dilaksanakan. Dan tanah adalah salah satu
aset yang menguntungkan dalam logika produksi kapitalisme. Sementara waktu,
keinginan tersebut tidak akan terpenuhi, mengingat banyak manusia yang sudah
tinggal di atasnya. Pemindahan secara baik-baik tidaklah mungkin, karena akan
memakan biaya yang besar: ganti rugi. Satu-satunya jalan adalah dengan
memindahkan mereka secara paksa, yakni melalui konflik. Orang Lorosa’e sudah pergi dari rumahnya yang
di Tasi tolu, Comoro, Manleuana, Bairro Pite, Becora dan sebagainya. Tetapi
sayangnya, orang Loromonu malah
membanjiri kota Dili. Tentu tidak bisa dibiarkan. Maka harus dipecah kembali. Arte marciais adalah cara yang efektif.
Sesama orang Loromonu, atau Loromonu dengan Lorosa’e, atau sesama orang Lorosa’e
akan saling membunuh. Yang kuat yang tersisa. Dan mereka yang akan dipelihara.
Ini takkan pernah berhenti. Isu hanya bungkus. Kepentingan di balik itu semua.”[10]
timorlestemerdeka.wordpress.com |
Sekitar bulan Januari 2007, kembali terjadi
ketegangan antar masyarakat dan juga antar masyarakat dengan pihak pemerintah
terkait dengan langkanya beras di pasaran. Jika pun ada, maka harganya sudah
naik menjadi 2 kali lipat. Sebagai respon atas kondisi ini, pemerintah Ramos
Horta mengeluarkan kebijakan dengan pembagian beras secara cuma-cuma pada
masyarakat, di mana setiap orang berhak mendapatkan 5 kg.[11]
Dengan kondisi tersebut, isu arte marciais kembali menghilang. Isu baru pun mengemuka, yakni terkait
dengan pelakanaan Pemilu Presiden bulan April 2008. Konflik bernuansa kekerasan
kembali muncul seiring dengan diadakannya kampanye antar kandidat, bahkan
sempat terjadi bentrokan dan memakan korban nyawa.[12]
Isu
berbau politik masih terus mengemuka hingga diselenggarakannya Pemilu Parlemen
pada bulan Juni 2008 dan berpuncak pada tanggal 6 Agustus 2008 bertepatan
dengan diumumkannya nama Perdana Menteri yang baru oleh Presiden Jose Ramos
Horta. Sebagai bentuk kekecewaannya, selanjutnya para simpatisan Fretilin
melakukan aksi protes dengan cara membakar roda mobil dan membakar gedung
Departemen Bea dan Cukai Nasional di Col-Mera. Tak lama kemudian, sebuah aksi
kekerasan juga meletus di area Metinaro, serta di beberapa distrik seperti di
Baucau, Ermera, Lautem dan Viqueque.
[1] John G. Taylor. Perang Tersembunyi: Sejarah Timor Timur yang
Terlupakan. Diterjemahkan oleh Putri. 1998. Penerbit: Fortilos, Jakarta. Lihat juga, CAVR: Disseminating CHEGA.
Januari 2007
[2] Laporan Komisi Penyelidik
Khusus dan Independen untuk Timor-Leste, Genewa, 2 Oktober 2006
[3] Ibid,
[4] Ibid,
[5] Laporan Hasil Investigasi oleh Komisi Independen bulan Oktober 2006
[6] Australian Associated Press (2006). Timor's foreign minister resigns. Diakses pada 25 Juni 2006. Pukul: 15.03.56 Oras
Timor Leste.
[7] Diperoleh dari:
http//.www.wikipedia.org/wiki/negara_negara/konflik/timor timur. Diakses pada
tanggal 7 Agustus 2007.
[8] Hasil wawancara penulis dengan salah seorang guru besar PSHT yang
tinggal di Palapaso pada tanggal 21 Januari 2008
[9] Clarão Post, Edisi perdana/no.01/thn.I/Oktober/2006. “Banjir Darah Di
Bumi Timor”. hal.3. Sebuah tabloit mingguan internal yang diterbitkan oleh
Departemen Pendidikan dan Propaganda Partido Socialista de Timor.
[10] Ibid, 3. Rubrik Sorotan Utama: Tanah di balik konflik.
[11] Suara Timor Lorosa’e. Pemerintah
Bagi-bagi Beras. 23 Januari 2007. hal. 1
TAWARAN PERKHIDMATAN PINJAMAN, MOHON SEKARANG DAN DAPATKAN KELULUSAN TANPA STRESS ATAU BERTANGGUH.
BalasHapusHello, Adakah anda memerlukan pinjaman daripada Syarikat yang paling dipercayai dan boleh dipercayai
di dunia? jika ya, hubungi kami sekarang kerana kami menawarkan pinjaman kepada semua
kategori pencari sama ada syarikat atau untuk kegunaan kakitangan.Kami menawarkan
pinjaman pada kadar faedah 2%, Hubungi kami melalui Whatsapp +918794792073
mghfbibdgf@gmail.com
BORANG PERMOHONAN PENCARI PINJAMAN
*******************************
1) Nama Penuh:
2) Jantina:
3) Amaun Pinjaman Diperlukan:
4) Tempoh Pinjaman:
5) Negara:
6) Alamat Rumah:
7) Nombor Mudah Alih:
8) Nombor Faks:
9) Pekerjaan:
10) Pendapatan Bulanan:
11) Tarikh Gaji:
12) Tujuan pinjaman:
13) Di manakah anda mendapat iklan pinjaman kami:
mghfbibdgf@gmail.com