---VANGUARDA E LIDERANÇA---
KEPELOPORAN
& KEPEMIMPINAN
PEMUDA-MAHASISWA
PEMUDA-MAHASISWA
By Vladimir
Ageu DE SAFI’I[1]
source: Lilexplorer.net |
“Negeri ini
membutuhkan PEMIMPIN dari kaum muda yang mampu merepresentasikan wajah baru
kepemimpinan dan masa depan bangsa. Tiba waktunya bagi para pemuda untuk
mempersiapkan diri sebagai pelopor dan pemimpin di masa yang akan datang.
Mengapa? Karena KAUM MUDA dapat dipastikan MEMILIKI MASA DEPAN dan nyaris TIDAK
MEMILIKI PROBLEMA MASA LALU. Kebutuhan negeri ini di masa sekarang dan ke
depannya adalah perlu mulai belajar melihat KE DEPAN, dan tidak lagi
berasyik-asyik dengan tabiat/kebiasaan yang SUKA MELIHAT ke belakang. Rakyat negeri
ini harus melangkah ke depan dan bukan
berjalan ke arah masa lalu. Dan secara filosofis, masa depan itu adalah MILIK
kaum muda. Dari segi perjalanan sejarah, generasi muda lebih steril dari
berbagai penyimpangan fase sejarah yang telah lalu. Mereka TIDAK MEMILIKI
DENDAM masa lalu dengan lawan-lawan politiknya. Mereka tidak memiliki kekelaman
masa lalu. Mereka juga TIDAK MEMILIKI TRAUMA masa lalu yang sangat mungkin akan
membayang-bayangi jika nanti ditakdirkan untuk MEMIMPIN. Lebih dari itu, kaum
muda memiliki masa depan yang bisa mereka tatap dengan KETAJAMAN dan KECERMELANGAN
visi serta memperjuangkannya dengan gelora dan semangat penuh KEBERANIAN, serta
energi yang lebih baru.
Bersiap-siaplah
kaum muda. Sejarah mulai membuka pintu rumah bagimu. Satukan diri; organisir
diri; konsolidasikan diri; dan didiklah diri-sendiri. Tiba waktunya untuk
berkelana. Yang TUA, meski makin bijaksana, tapi tulang dan kulit mereka---pelan
dan pasti---semakin keropos dan mengeriput.”
Ini merupakan salah satu pemikiran yang
melatarbelakangi “mengapa para pemuda dan mahasiswa perlu berorganisasi”.
A.
Papel Joventude-Estudante
Universitariu iha Luta ba Liberta Povu
Joventude
iha papel ne’ebe natural/alamiah, yakni kepeloporan dan kepemimpinan dalam
menggerakkan potensia rekursus ne’ebe sosiedade nia laran. Terkait
dengan penyusunan strategia konaba peran/papel estudante universitario iha movementu/pergerakkan
povu Timor Leste, maka konteksnya adalah kepeloporan (vanguarda) dan
kepemimpinan (liderança). Jadi, atu hasa’e e haforsa papel joventude nian,
liu-liu estudante universitario iha movementu nian, ita tenke dezenvolve sira
nia vanguarda e mos lideransa (karakteristiku e hahalok). Dalam perannya sebagai pelopor dan pemimpin,
joventude harus dibekali dengan 3 aspeitu importante hanesan:
esperitu, kapasidade, e implementasaun.
Em geralmente, entre vanguarda e lideransa iha
arti hanesan (mirip), yakni berada di muka dan diteladani (dijadikan contoh)
oleh yang lain. Tetapi, dapat pula memiliki arti yang berbeda. KEPELOPORAN jelas
menunjukkan sikap berdiri di muka (hamrik iha oin), merintis, membuka jalan
(loke dalan), dan memulai sesuatu untuk diikuti, dilanjutkan, dikembangkan, dan
dipikirkan oleh yang lain. Dalam kepeloporan ada unsur menghadapi konsekuensia/resiko,
tamba ne’e persija mental e fisiku. Realidade hatudu katak, tidak semua orang
berani, dapat atau mampu mengambil jalan yang penuh risiko. Sifat-sifat/karakteristiku
tersebut hanya ada dalam diri setiap pemuda-mahasiswa. Papel ne’ebe, labarik ou
katuas sira labele implementa/realiza, tamba papel hanesan ne’e hanya cocok ba
jovem sira deit.
Sementara itu, KEPEMIMPINAN lebih
bersifat fleksibel: bisa berada di muka, bisa di tengah, dan bisa di belakang.
Tamba sa? Tamba tidak semua orang dapat
menjadi pemimpin. Selain itu, menjadi seorang pemimpin juga tidak dibatasi oleh
usia/idade, bahkan dengan makin bertambahnya usia maka akan semakin banyak pengalaman,
artinya kepemimpinannya akan cenderung lebih baik (namun hal itu bisa dibarengi
dengan berkurangnya dinamika).
Kepemimpinan dalam konteks perjuangan pembebasan
rakyat tertindas adalah kepemimpinan yang mengarah pada persoalan
“lapangan/praktek”, yakni kepemimpinan dalam mengimplementasikan
program-program perjuangan; dalam melakukan kegiatan pemberdayaan rakyat; dalam
mendidik rakyat, serta memimpin jalannya revolusi kerakyatan/popular. Sekali
lagi, ini hanya dapat dilaksanakan oleh joventude e estudante universitario
deit tamba sira iha karakteristiku dinamiku.
Joventude-estudantes merupakan sumber dinamika
yang dapat mengembangkan kreatividade, bele hamosu idea foun, mendobrak
hambatan-hambatan/dezafius, mencari pemecahan masalah (resolve problema e buka
solusaun), kalau perlu dengan menembus sekat-sekat berpikir konvensional (halo
rahun ideas/hanoin tuan/konvensional troka ho idea ne’ebe progresivu e revolusionariu).
Oleh karena itu, menjadi tugas kita sekarang,
terutama tugas dari para kader joventude atu dezenvolve e haforsa esperitu,
kapasidade e esperensia iha parte vanguarda e lideransa.
Membangun semangat perjuangan (esperitu
revolusionario/luta) adalah membangun SIKAP (komitmentu e hahalok/perilaku), karena itu
terkait erat dengan pembangunan KULTURA (valor revolusionario). Edukasaun politiku
hanesan wahana/instrumentu/media ida ne’ebe importante e fundamental. Selain
itu, hal penting lainnya adalah merangsang inisiativu dan membangkitkan
motivasi berjuang. Keteladanan adalah pendekatan lain untuk membangkitkan
semangat. Dorongan masyarakat, atau tantangan dari masyarakat, juga merangsang bagi
bangkit dan tumbuhnya semangat.
Hasa’e e dezenvolve kapasidade mos importante, tamba
vanguarda e lideransa tidak cukup hanya dengan kata-kata (koalia/liafuan deit).
Tenki iha perbuatan/tindakan/aktividade/praktiku. Seorang pemimpin tenke bele
hatudu ba yang dipimpin, atau seorang pelopor kepada yang dipelopori, konaba
saida-saida deit mak persija/tenke halo.
Oleh karena itu, profesionalismu ou konhesementu
konaba teoria revolusaun; teoria movementu massa; teoria luta liberta povu ne’ebe
iha relevansia ho kepeloporan dan kepemimpinannya amat diperlukan. Tidak
berarti harus menguasai lebih teknis dari yang dipimpin, tetapi
sekurang-kurangnya harus mampu memberikan inspirasi, menunjukkan arah (fo
matadalan), dan mampu mencari jalan untuk memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi.
Pengamalan/pengimplementasian kepeloporan dan
kepemimpinan itu adalah muaranya/sumbernya. Walaupun semangat ada, pengetahuan
cukup, tetapi tidak berbuat apa-apa (la halo buat ida alias koalia deit iha
ibun), maka semangat dan pengetahuan
tersebut tidak ada gunanya bagi siapapun.
Dengan demikian, organizasaun massa joventude;
organizasaun massa estudante universitario e mos organizasaun revolusionario
seluk tan merupakan wadah/fatin yang tepat untuk membangun kepeloporan dan
kepemimpinan sebagaimana yang telah dijelaskan di atas. Organisasi menjadi alat
untuk mendidik (eduka), mengkader (kaderiza), menggembleng (trainamentu e
formasaun) dan mencetak calon-calon kader pelopor dan calon-calon kader
pemimpin revolusi.
Gerakan rakyat harus dipimpin; gerakan pemuda
harus dipimpin; gerakan agrikultor harus dipimpin; gerakan buruh harus
dipimpin; gerakan revolusi harus ada yang memimpin. Tanpa kepemimpinan, gerakan
rakyat akan mudah disusupi dan anarkhis. Tanpa kepemimpinan, maka gerakan
rakyat akan mudah ditunggangi dan dimanfaatkan oleh orang-orang atau
kelompok-kelompok oportunis alias kelompok kontra revolusi.
Historia Timor Leste iha tempo passadu hatudu
katak joventude Timor Leste iha peranan/papel ne’ebe importante e estratijiku.
Proklamasaun Independente 1975 hanesan momentum ida “oinsa joventude matenek
sira hatudu sira nia keberanian, kepeloporan dan kepemimpinan dalam menghadapi
praktiku kolonilialismo Portugis nian”. Sira nia komitmentu mos sei metin
nafatin, wainhira militer Indonezia melancarkan okupasinya. Hal lain yang tak
kalah pentingnya adalah peristiwa referendum atau konsulta popular 1999,
bagaimana para pemuda dan mahasiswa melakukan pengorganisasian dan
pemobilisasian massa kepada masyarakat untuk lebih memilih opsi kemerdekaan
bagi masa depan Timor Leste.
Intinya adalah bahwa tugas dari joventude sekarang
adalah memelihara dan melanjutkan tradisi perjuangan tersebut, serta memperkuat
dan memperkayanya dengan makna dan nilai-nilai baru sesuai dengan tantangan jaman.
Pimpin
artinya bimbing, tuntun.
Memimpin artinya ‘membimbing, menuntun dan menunjukkan’.
Pemimpin atau leader ialah orang yang memimpin atau seseorang yang
mempergunakan wewenang dan mengarahkan bawahannya untuk mengerjakan sebagian
pekerjaannya dalam mencapai tujuan organisasi. Beberapa ahli tentang pemimpin,
di antaranya:
- Menurut Herbert A Simon. ”Pemimpin adalah seorang yang dapat mempersatukan orang-orang dalam mengejar suatu tujuan”.
- Menurut Prof Dr H. Arifin Abdurrahman. ”Pemimpin adalah orang yang dapat menggerakkan orang-orang yang ada di sekelilingnya untuk mengikuti jejak pemimpin itu”.
Jadi, “pemimpin memiliki pengertian seorang yang dapat mempengaruhi, mempersatukan dan menggerakkan orang-orang
yang ada di sekelilingnya untuk mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan
atau cita-citakan.”
Pemimpin organisasi adalah orang yang memimpin atau seseorang yang mempergunakan wewenang dan
mengarahkan bawahannya untuk mengerjakan sebagian pekerjaannya dalam mencapai
tujuan organisasi.
Pemimpin rakyat adalah seorang pejuang yang dapat mempengaruhi, mempersatukan dan
menggerakkan massa rakyat untuk mencapai tujuan dan cita-cita perjuangan.”
Kepemimpinan
adalah kata benda dari
pemimpin. Kepemimpinan mempunyai beberapa pengertian, di antaranya :
- Cara seorang pemimpin dalam mempengaruhi perilaku para bawahannya agar mau bekerjasama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi.
- Seni untuk mempengaruhi tingkah laku manusia, kemampuan untuk membimbing orang-orang yang ada di sekelilingnya.
- Seni untuk mengkoordinasikan dan memberi motivasi kepada individu dan kelompok guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Kepemimpinan yang dimaksudkan
di sini adalah sebuah kepemimpinan yang terkait dengan organisasi massa
perlawanan atau perjuangan. Yang sudah pasti maknanya sangat berbeda dengan
kepemimpinan pada sebuah organisasi seperti perusahaan yang orientasi utamanya
sekedar mencari benefisu material bagi pemilik perusahaan itu sendiri.
Kepemimpinan organisasai massa
perlawanan lebih terkait erat dengan kepemimpinan internal dan eksternal organisasi:
memimpin perjuangan yang didasarkan pada ideologi organisasi dan kepentingan
rakyat.
Kepemimpinan yang demikian
sangat tergantung/depende pada dua hal, yakni lideransa pesoal (atau
masing-masing kader) e lideransa kolektivu/bersama. Masing-masing kader
revolusioner dituntut untuk menjadi pemimpin atas dirinya-sendiri dan massa
dalam semangat kebersamaan (kolektivu).
Jika demikian
halnya, maka setiap orang yang disebut pemimpin harus selalu berusaha untuk
memiliki sebanyak mungkin sifat-sifat kepemimpinan yang baik, karena seorang
pemimpin tidak seharusnya dan memang tidak pemah beroperasi dalam suasana
vakum. Artinya, kepemimpinan di dalam suatu organisasi massa perlawanan hanya
efektif jika kepemimpinan itu diterima oleh anggota organisasi dan massa
rakyat.
Jadi, inti dari kepemimpinan adalah kemampuan untuk menjalankan
program-program perjuangan dan dalam mempengaruhi massa rakyat. Keberhasilan
seorang pemimpin yang progresif dan revolusioner sangat tergantung kepada
kemampuannya untuk menjalankan program dan untuk mempengaruhi rakyat agar
mengikuti jalannya perjuangan.
Dengan kata lain, kepemimpinan yang progresif dan revolusioner dapat
diartikan sebagai kemampuan seseorang kader progresif dan revolusioner dalam mempengaruhi
massa rakyat melalui komunikasi (agitasi
dan propaganda) baik langsung maupun tidak langsung, dengan maksud untuk menggerakkan
massa rakyat tersebut agar dengan penuh pengertian, kesadaran, dan senang hati
bersedia mengikuti dan aktif dalam perjuangan revolusioner sesuai dengan ideologi
dan garis perjuangan organisasi.
B. Menjadi Kader Progresivu e
Revolusioneriu
Dalam Konstitusi RDTL sudah sangat jelas ditegaskan, khususnya
terkait dengan “Mars Nasional Patria-Patria”, yang salah satu bait/syairnya
berbunyi: abaixo kapitalisme, abaixo imperalismo. Maibe, iha realidade hatudu
seluk, justru kebijakan pemerintahan selama ini membuka pintu lebar-lebar bagi
masuk dan tumbuh suburnya sistem kapitalisme beserta ideologi liberalismenya.
Kapitalisme dan liberalisme, serta praktek-praktek penindasan
terhadap rakyat telah lama merasuk dalam semua
dimensi kehidupan masyarakat di negeri, khususnya semenjak penduduk yang
tinggal di Pulau Timor mulai bersentuhan dengan dunia perdagangan luar (ratusan
tahun yang lalu, jauh sebelum Portugis menjajah Timor). Ini menandakan bahwa perjuangan
pembebasan rakyat tertindas akan banyak diwarnai dengan benturan-benturan fisik
dan ideology serta membutuhkan waktu yang lama: tidak bisa dalam sekejap.
Beratnya keadaan ini, akan pula menimbulkan DEMORALISASI (penurunan semangat
dan daya berjuang) para militante pro-povu. Karenanya, dibutuhkan brigada-brigada
yang handal dan tahan banting: barisan kader-kader progresivu e revolusionariu
yang tidak mudah menyerah dan patah semangat, yang sekaligus mampu menjaga
stamina bertempur.
Estudante universitario sebagai golongan intelektual yang memiliki
kelebihan intelejensia merupakan kandidat yang paling memungkinkan bagi
terbentuk dan dibangunnya Brigade Pelopor Perjuangan Rakyat. Estudante
universitario tidak bisa hanya hidup dalam kampus atau sekedar membaca buku,
mendengarkan penjelasan para dosen, menulis makalah dan diakhir pendidikan
mendapatkan gelar kesarjanaan.
Estudante
universitario
harus menyatu dan berada di tengah-tengah kehidupan rakyat. Mereka tidak
semata-mata bertugas menyuntikkan/sona suatu kesadaran yang benar atas
ketertindasan yang dialami oleh rakyat ke dalam diri rakyat, melainkan harus
pula membuat rakyat sadar akan implikasi/konsekuensia atas kesadaran yang sudah
mereka miliki beserta proses dan kegiatan perjuangan yang dilakukannya.
Perjuangan menumbangkan/menghancurkan kapitalisme dan
liberalisme bukanlah sebuah perjuangan yang terkait dengan mengubah sistem
ekonominya saja atau bentuk-bentuk fisiknya saja, melainkan sebuah perjuangan
untuk menanamkan nilai-nilai budaya baru dan ideologi pembebasan yang baru,
yakni suatu upaya dari rakyat tertindas untuk membebaskan diri mereka dari
budaya kaum borjuis dan untuk membangun nilai budaya mereka sendiri
bersama-sama dengan kaum tertindas lainnya dan lapisan intelektual yang
berpihak (intelektual yang progresif dan revolusioner).
Jadi, tugas utama kader-kader
intelektual (estudante universitario) adalah menanamkan kesadaran progresivu
dan revolusionariu kepada rakyat dan bersama-sama mengalahkan para intelektual
borjuis yang saat ini mendominasi segala aktivitas dan unsur-unsur pendidikan.
Dengan berhasil kita kalahkannya para intelektual borjuis ini, berarti kita
telah pula mengalahkan otak kapitalisme dan liberalisme. Inilah perang sipil;
inilah perang intelejensia, yakni sebuah prakondisaun menuju perebutan atas
kekuasaan politik di pemerintahan.
Dengan demikian, maka tugas dari
kader-kader progresivu e revolusionariu adalah:
- Menjadi pelopor, pemimpin sekaligus pasukan bagi diri-sendiri dan massa rakyat.
- Menjadi murid dan sekaligus guru bagi diri-sendiri dan massa rakyat.
- Mendidik (eduka), mengajarkan (fo hanorin), dan menyadarkan massa rakyat akan ketertindasan yang dialaminya beserta pentingnya perjuangan pembebasan diri dari ketertindasan.
- Memelihara dan melanjutkan tradisi perjuangan sebagaimana yang sudah dilakukan oleh para pendahulu dan nenek moyang kita.
- Terlibat aktif dalam pengorganisasian massa, baik massa mahasiswa maupun massa rakyat lainnya.
- Memimpin segala bentuk perlawanan yang dilakukan oleh rakyat.
- Membangun organisasi massa perlawanan yang kuat, penuh disiplin: sebuah organisasi kader yang berbasiskan pada massa (masing-masing anggota organisasi adalah kader, dan masing-masing kader harus memiliki jaringan/basis massa).
- Aktif melakukan kegiatan agitasi dan propaganda politik
- Secara kreatif dan penuh inovatif menciptakan situasi-situasi politik yang mampu mempercepat dan melancarkan jalannya revolusi popular.
C. Sifat-sifat/karakteristiku
Lider Progresivu e Revolusionariu ne’ebe Diak e Ideal
Untuk dapat menjalankan tugas-tugas revolusioner sebagaimana yang
telah dijelaskan di atas, maka dibutuhkan kader-kader organisasi yang memiliki
sifat-sifat progresivu e revolusionariu, sebagaimana berikut ini:
- Memiliki kondisi fisik yang sehat/tidak sakit-sakitan dan jiwa yang sehat/tidak gila. Kondisi fisik yang dimaksudkan adalah sebuah kondisi yang sesuai dengan tugas yang diberikan oleh organisasi. Luta ba liberta povu adalah sebuah perjuangan yang sulit dan berjangka panjang. Tanpa pemimpin dan kader yang sehat, maka perjuangan akan terhambat.
- Berpengetahuan luas. Berpengetahuan luas tidak selalu diidentikkan dengan berpendidikan tinggi. Ada sekelompok orang yang meskipun pendidikannya tinggi tetapi pandangannya masih sempit, yaitu tidak terbatas pada bidang keahliannya saja.
- Pengetahuan luas yang dimaksudkan di sini adalah menguasai dan memahami tentang teori-teori revolusi atau teori pembebasan rakyat. Setiap pemimpin dan kader juga dituntut untuk mengetahui dan memahami kondisi obyektif/riil yang dihadapi rakyat. Selain itu, pengetahuan-pengetahuan teknis juga amat dibutuhkan terkait dengan pengorganisasian rakyat, seperti pengetahuan membangun koperasi, memasang dan membenahi listrik, soal agrarian, soal adat-istiadat, dan sebagainya.
- Mempunyai keyakinan dan komitmen pribadi yang kuat terhadap organisasi bahwa organisasi akan berhasil mencapai tujuan yang telah ditentukan melalui dan berkat kepemimpinan, kerja-kerja yang dilakukan oleh setiap kader. Kepercayaan pada diri sendiri merupakan modal yang sangat besar dan penting artinya bagi pemimpin dan kader organisasi. Tanpa keyakinan bahwa revolusi merupakan jalan yang tepat bagi pembebasan rakyat tertindas, rakyat maubere, maka segala tindakan yang dilakukan akan kelihatan ragu-ragu.
- Memahami tugas pokok (mission)
- Memiliki stamina (daya kerja) dan etos kerja yang tuntas. Pemimpin dan kader revolusioner tidak mengenal kata “lelah”. Dengan sikap ini, pekerjaan yang rutin tidak menjadikan pemimpin dan kader revolusioner semakin lemah tetapi menjadikannya semakin kuat dan gigih karena merasa kreativitasnya senantiasa ditantang.
- Gemar dan cepat mengambil keputusan. Karena tugas terpenting dari seorang pemimpin dan kader revolusioner adalah untuk mengambil keputusan yang harus dilaksanakan oleh orang lain atau massa rakyat, maka ia harus mempunyai keberanian mengambil keputusan dengan cepat, terutama dalam keadaan darurat yang tidak dapat menunggu.
- Berpikir progresif (maju ke masa depan), bertindak revolusioner (cepat berfikir dan cepat dalam mengambil tindakan), inovatif, dan kreatif.
- Obyektif dalam arti dapat menguasai emosi dan lebih banyak mempergunakan rasio. Seorang pemimpin dan kader yang emosional akan kehilangan obyektifitasnya karena tindakannya lidak didasarkan pada akal sehat.
- Setiap pemimpin dan kader revolusioner tidak dibenarkan untuk bertindak REAKSIONER, yakni sikap emosional dalam menghadapi setiap permasalahan. Sikap reaksioner bukanlah karakteristiku dari seorang pemimpin dan kader revolusioner.
- Adil dalam memperlakukan kawan seperjuangan. Yang dimaksud dengan “keadilan” di sini ialah kemampuan memperlakukan kawan seperjuangan bazeia ba kapasitasidade servisu kawan seperjuangan tersebut, dengan tanpa melihat atas asal-usul kedaerahan, kesukuan, ikatan kekeluargaan, dan lain sebagainya.
- Menguasai prinsip-prinsip human relation. Karena human relation adalah inti kepemimpinan, maka seorang pemimpin dan kader revolusioner yang baik harus dapat memusatkan perhatian, tindakan, dan kebijaksanaannya kepada pembinaan kerja tim yang intim dan harmonis.
- Menguasai teknik-teknik berkomunikasi. Luta ba liberta povu adalah sebuah proses pentransformasian kesadaran dari kader-kader revolusioner ke massa rakyat, karenanya dibutuhkan adanya kemampuan berkomunikasi yang efektif dan cerdas baik lisan maupun tulisan. Dengan teknik-teknik berkomunikasi inilah bagaimana ide-ide pembebasan, seruan-seruan perjuangan, saran, dan pesan lainnya disampaikan.
- Dapat dan mampu bertindak sebagai penasihat, guru, dan kepala terhadap sesame kawan seperjuangan tergantung atas situasi dan masalah yang dihadapi. Intinya adalah memiliki perhatian kepada orang lain, ramah-tamah, dan memperhatikan masalah orang lain (hati-hati, jangan sampai mencampuri terlalu dalam urusan pribadi orang lain).
- Bersikap kritis dan ingin tahu banyak (kritik otokritik). Kendati demikian seorang pemimpin dan kader revolusioner tidak hanya memberikan kritiknya saja tetapi harus disertai dengan solusinya (thorikul kholas), di samping mau mengkritik dan mengoreksi, ia juga harus mau dikritik dan dikoreksi.
- Kecepatan dan ketepatan. Jangan menunda-nunda pekerjaan, karena menunda pekerjaan berarti melamar kegagalan.
- Disiplin yang tinggi. Kerja seorang pemimpin dan kader revolusioner tidak setengah-setengah dan tidak mengangap enteng setiap tugas yang dipercayakan kepadanya. Sekali kita tidak serius dalam melaksanakan pekerjaan, maka kita akan kehilangan kepercayaan dari massa rakyat.
- Menguasai aspek internal (memahami kondisi internal organisasi) dan eksternal (memahami kondisi obyektif masyarakat).
- Dari belakang menumbuhkan daya gerak, di tengah-tengah menumbuhkan kemampuan, dan jika berada di depan dapat memberikan teladan/pelopor
- Seadanya, jujur, tanpa mengharapkan yang bukan-bukan.
[1]
Disampaikan pada diskusi regular yang diadakan oleh Gerakan Mahasiswa
Progressif - Universidade Dili (Movementu Universitariu Progresivu/MUP), yang diselenggarakan pada setiap hari Sabtu sore.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar