REVOLUSI PERADABAN DI INDONESIA
(Catatan
ringan tentang Transformasi Musik Koplo Indonesia)
By Vladimir Ageu DE SAFI'I
Kuatnya arus liberalisme pada akhirnya turut mempengaruhi
perkembangan kultural masyarakat Indonesia. Tidak tanggung-tanggung, nenek
moyang dari kapitalisme ini melakukan sebuah revolusi peradaban yang langsung
menyentuh 2 strata sosial masyarakat (perkotaan dan pedesaan).
Pada masyarakatan perkotaan, revolusi liberal (kultural) ini
mulai mengguncang kota-kota besar di Indonesia pada awal-awal tahun 1990-an
dengan istilah House Music-nya. Selanjutnya, golongan menengah perkotaan
menjadikan jenis musik ini sebagai simbol baru kebebasan berekspresi dibidang
seni, walaupun masih terbatas dalam RUANGAN TERTUTUP (sesuai namanya, HM).
Dalam perkembangannya, penyebutan produk revolusi liberal ini berganti menjadi
DUGEM MUSIC yang selalu diidentikkan dan dikait-kaitkan dengan minuman
beralkohol dan narkotika.
Sementara itu, pada waktu yang bersamaan, sebuah revolusi
liberal juga melanda masyarakat pedesaan, khususnya masyarakat pedesaan yang
tinggal di Pulau Jawa. Gerakan revolusi ini menyentuh golongan menengah
masyarakat pedesaan. Trend musik baru sebagai symbol pendobrakan terhadap seni
dangdut lama (melayu-indian) menjadi jenis music dangdut baru ala Jawa Timuran
yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan DANGDUT KOPLO.
Perbedaan dari dua gerakan music liberal tersebut adalah:
“Jika DUGEM Music berada dalam ruangan tertutup (eksklusif) dan menyelimuti
golongan perkotaan, maka Dangdut KOPLO berada di ruangan terbuka (tontonan
massal).”
Sementara itu, persamaan dari 2 produk revolusi liberal
tersebut adalah (1) sama-sama terispirasi dari roh liberalism; (2) Baik Dugem
Music maupun Dangdut Koplo, sama-sama diidentikan dengan Sex dan Narkoba; (3)
sama-sama menjadi symbol pemberontakan terhadap tatanan seni-budaya lama; (4)
Sama-sama terdengar enak (Khusus untuk telingaku…heheh)…***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar