Diskusi Soal Gerakan Perempuan Timor
Leste
Dengan Etha Ribeiro
By Vladimir Ageu DE SAFI'I
Vladimir Ageu DE SAFI'I |
Pernyataan berikut ini merupakan salah satu respon atas kasus Mikato (Maria Domingas Alves) yang tidak jadi menduduki pos di Ministeriu Justisa Timor Leste pada Kabinet ke-V Pemerintahan Bloku Koligasaun Parlementar periode 2012-2017 yang dibuat oleh Etha Ribeiro dalam media Facebook. Beriku ini pernyataan saudari Etha:
Suara dari kaum yg tidak
bersuara.." Kami perempuan generasi masa depan bangsa yg berdaulat
"Timor-Leste", menyampaikan :
1. Menolak organisasi apapun yg mengatasnamakan kaum perempuan hendaknya harus benar-benar mjdi wadah bagi segenap kaum wanita dan bukan atas kepentigan sebagian orang atau kelompok tertentu guna meraih ambisi politiknya.
2. Menolak dengan tegas bahwa wadah yg mengatasnamakan kaum perempuan, seharusnya tidak secara aktif terjun ke dunia politik, dikarenakan banyak kaum wanita yg terbagi di berbagai partai politik demi menghindari kepentingan org atau pihak tertente yg menjadikan organisasi perempuan sebagai kendaraan politik.
3. Menolak segala bentuk intervensi dari berbagai pihak baik itu dr pemerintah maupun dr 0rganisasi non pemerintah seperti 0NG nasional maupun internasional agar wadah kaum perempuan tsb benar-benar independen, transparan serta dapat dipercaya sebagai wadah yg menghimpun dan memperjuangkan hak-hak persaman kaum perempuan(Gender) didalam institusi pemerintahan maupun non pemerintahan ke depannya, serta kredeblitasnya dapat dipertanggung jawabkan ke hadapan publik..
1. Menolak organisasi apapun yg mengatasnamakan kaum perempuan hendaknya harus benar-benar mjdi wadah bagi segenap kaum wanita dan bukan atas kepentigan sebagian orang atau kelompok tertentu guna meraih ambisi politiknya.
2. Menolak dengan tegas bahwa wadah yg mengatasnamakan kaum perempuan, seharusnya tidak secara aktif terjun ke dunia politik, dikarenakan banyak kaum wanita yg terbagi di berbagai partai politik demi menghindari kepentingan org atau pihak tertente yg menjadikan organisasi perempuan sebagai kendaraan politik.
3. Menolak segala bentuk intervensi dari berbagai pihak baik itu dr pemerintah maupun dr 0rganisasi non pemerintah seperti 0NG nasional maupun internasional agar wadah kaum perempuan tsb benar-benar independen, transparan serta dapat dipercaya sebagai wadah yg menghimpun dan memperjuangkan hak-hak persaman kaum perempuan(Gender) didalam institusi pemerintahan maupun non pemerintahan ke depannya, serta kredeblitasnya dapat dipertanggung jawabkan ke hadapan publik..
Tutuala traditional dance's dalam acara peresmian National Park 'NINO KONIS SANTANA' |
Bagian Pertama
Perjuangan
perempuan bukan semata-mata sebatas pada 'gender' (kesamaan derajad dengan kaum
laki) saja. Lebih dari itu. Mengingat persoalan yang dihadapi kaum perempuan
bukan hanya ini: Apakah ketika kaum perempuan mammpu dan sudah sederajad
(bahkan mampu meruntuhkan dominasi kaum lkelaki) berarti persoalan yg dihadapi
oleh kaum perempuan sudah tuntas? Aku pikir, Etha juga sepakat bila jawabannya
adalah: tidak.
Afonso Arsenio Lopes: “Benar yang ada di benak kaum perempuan
hanyalah berjuang untuk adanya kesamaan hak antara laki dan perempuan tapi bila
di tilik secara dalam bahwa konsep seperti terlalu sempit, jadi ada baikanya
menjadi emansipasi perempuan Timor leste, bukan emansipasi wanita Timor
Leste....semoga”.
Etha Ribeiro: “Memang tidak...masih banyak yg harus diperjuangkan kaum
perempuan timor loro-sae saat ini. "Aku tdk setuju bila kita mengemis
sebuah jabatan" karena kita mempunyai sejarah perjuangan yg cukup panjang.
"Perjuangan kita bukan hanya meruntuhkan pamoritas top lider kita",
tetapi lebih dari itu, kita juga harus menunjukkan kepada dunia bahwa kita(kaum
perempuan Timor Leste) juga bisa "memimpin lembaga superior" selagi
mata dunia masih tertuju di bumi Loro-Sae. "Kursi sebuah menteri tdk
seharga dgn apa yg telah dilakukan dan ditunjukkan kaum perempuan disaat bumi
Loro-Sae borgolak". Yg sangat terpenting untuk seluruh kaum perempuan
Timor Leste saat ini adalah : "Perempuan harus bisa merebut hati dan
sanubari rakyat timor loro-sae agar perempuan mempunyai tempat tersendiri di
hati rakyat kelak", jika perempuan nantinya ingin ambil bagian dalam peta
perpolitikan nasional ke depannya. Citra kaum perempuan haruslah ttp di jaga
agar tdk dimamfaatkan. "Berjuta cara bagi kita untuk mengapai mimpi
itu"...Salam”.
Perempuan tua Timor Leste |
Vladimir Ageu de Safi'i: “Afonso
Arsenio Lopes, Jangan terjebak pada perdebatan kata soal
apakah itu 'perempuan' atau 'wanita' atau 'feto' atupun 'mulher'. Point
terpenting, sesungguhnya terletak pada kata 'emansipasi'. Sepanjang yang saya
pahami (jika kurang tepat, tolong dikoreksi) bahwa 'emansipasi' mengandung 2
pengertian, yakni (1) pembebasan dari perbudakan; dan (2) persamaan hak
terhadap berbagai aspek kehidupan sosial kemasyarakatan. Jika pemahaman ini
yang dipakai untuk mendefenisikan soal emansipasi perempuan/wanita/feto,
etc...berarti suatu proses pelepasan diri kaum perempuan dari kondisi dan
kedudukan sosial, ekonomi, politik e kultura yang rendah/membelenggu atau dari
pengekangan hukum yang membatasi kemungkinan untuk berkembang dan untuk maju.”
Vladimir Ageu de Safi'i: “Etha Ribeiro. Salam juga. Saya setuju dengan pandangan
Etha, bahwa kaum perempuan harus memiliki identitas. Saat ini, disidentidade
bukan semata2 terjadi pada kelompok perempuan saja, melainkan terjadi di semua
bidang dan sektor e mos pada semua hal. Pembangunan identitas perempuan bisa
dilakukan melalui banyak cara, namun pada intinya adalah bagaimana melakukan
aktivitas penyadaran dan juga pengkonsolidasian kaum perempuan sebagai kekuatan
nasional yang utuh. Tentunya, ini akan banyak menghadapi kendala dan salah
satunya adalah berhadapan dengan kaum perempuan itu sendiri. Untuk dapat
membangun dan mengkonsolidasikan kekuatan kaum perempuan TL, maka salah satu
langkah yang patut untuk dilakukan adalah melihat realitas obyektif sosial
masyarakat TL itu sendiri. Dari sinilah kita akan mengetahui mengenai akar
permasalahan serta pokok-pokok kontradiksi yang dihadapi/terjadi pada kaum perempuan:
dari masyarakat ke perempuan.”
Agrikultor Timor Leste |
Etha Ribeiro: “Konsolidasi yg anda maksud, telah dan sering dilakukan kaum
perempuan. Dan bahkan telah melakukan kongresnya beberapa kali serta
kehadirannya ditengah masyarakat guna membela,memperjuangkan hak-hak
fundamental kaum wanita serta menyuarakan aspirasi kaum perempuan tampa
terkecuali tsb. diakui oleh segenap komponen Bangsa. Kami hanya menunggu waktu
yg akan menentukan kehadiran kami dalam meramaikan pesta Demokrasi. Sejarah
timor leste telah menulis keikutsertaan kaum perempuan dalam pesta Demokrasi
yakni Pemilihan Persiden dan Parlamen thn 2007. Adapun kaum perempuan kita yg
dipercaya Lembaga Peserikatan Bangsa-Bangsa utk memimpin lembaganya. Itu bukti
nyata partisipasi kaum perempuan dalam sejarah perempuan Timor Leste.
Kedepanya, kami berharap untuk tidak lagi mengemis sebuah Jabatan Menteri.
Tetapi lebih dari itu, kami juga ingin hadir untuk membawa perubahan pada
sistem, yakni "memimpin Timor Loro-Sae" ke depannya...Salam”.
Pejuang perempuan Timor Leste |
Etha Ribeiro |
Karcindo Dos Santos: “Harapan
kaum perempuan untuk jadi seorang pemimpin sebenarya tidak terlalu sulit, kalau
untuk kontex timor leste, suatu saat jabatan PM ataupun PR bisa dipegang oleh
permpuan. sbab kalau dilihat perkembanganya, kepemimpinan perempuan tidak kalah
jauh di banding kepemimpinan laki2. kita lebih berharap suatu saat di TL
perempuan jadi seorng PR atau PM. hanya saja menurut saya, pemberdayaan kaum
perempuan saat ini harus lebih di perhatikan dan ditingkatkan agar kaum
perempuan lebih menunjukan kemampuannya bahwa; PEREMPUAN BISA!”
Vladimir Ageu de Safi'i: “Etha Ribeiro & Karcindo
dos santos. Saya selalu percaya bahwa: 'apapun yang kita pikirkan, itu
ditakdirkan untuk terwujud." Bicara soal kepemimpinan berarti bicara soal
kolektivitas atas unsur yg ada, termasuk unsur 'si pemimpin'. Saat ini, TL
sedang menghadapi krisis kepemimpinan, hampir di semua hal. Memang, secara
personal, unsur individu memainkan peranan yg cukup menentukan dalam
perkembangan sebuah organisasi, tmsk negara. Tp, bukan berarti ketika tidak ada
peemimpin yg menonjol, lantas organisasi tersebut harus runtuh. Tidak! Pada
situasi yg demikianlah, kepemimpinan memainkan peranan yg penting. Ini semua
membutuhkan waktu dan proses. Kesabaran, kedisiplinan lebih2 disituasi seperti
TL saat ini, menjd modal penting bagi pembangunan gerakan perempuan. Namun, ada
satu hal yg perlu saya tekankan di sini bahwa gerakan perempuan tdk bisa
terlepas dan dilepaskan dari gerakan kerakyatan secara umum”.
Etha Ribeiro: “Pendapat anda berdua sangan membangun! Singkat namun sangat
padat isinya..! Thanks”.
Women Timor Leste |
Bagian Kedua
Komentar Etha Ribeiro di Wall sebelumnya:
"Aku sangat menyukai gerakan perempuan yg berprinsip pada gerakan sosial
budaya. Kenapa? Karena kehidupan berbangsa dan benegara kita tdk terlepas dari
prinsip2 itu. Sebab sosial budaya masyarakat kita itu sudah terbentuk sejak
jaman dulu dan sangat kuat pengaruhnya sampai sekarang. Ditambah lagi dgn
nilai-nilai luhur perjuangan kita yg memang berbasis pd nilai kerakyatan serta
pemberdayaan terhadap sejarah perjuangan itu sendiri . Maka akan membentuk
suatu pemikiran yang berorientasi pada nilai luhur sosial budaya masyarakat
akan menjadi pegangan bagi seseorang untuk melangkah.." Ini sangat bagus.
Pada dasarnya, gerakan apapun itu namanya, akan membawa dan atau berdampak pada
terjadinya perubahan, pergerakkan dan perkembangan kehidupan sosial-budaya.
Gerakan perempuan TL juga akan berdampak pada pergerakan masyarakat TL, soal
impaknya kecil atau besar tergantung pada kadar (volume, nivel, besaran)
gerakan itu sendiri. Jadi, ada satu hal yg harus kita ingat bahwa dalam
kehidupan sosial-budaya terdapat banyak nilai-nilai/norma2 yang berlaku.
Adakalanya, nilai2 tersebut bersifat progressif, adakalanya juga konservatif
(pro status quo). Sebagai contoh, apakah nilai-nilai yang selama ini masih
berlaku dalam sistem budaya TL seperti 'patriarkhi' cocok bagi kesuksesan
gerakan perempuan TL? Karenanya, menurut hemat saya, gerakan perempuan TL harus
berangkat dari kondisi riil-obyektif (kondisi yg benar2 terjadi dlm masyarakat
TL). Hanya dengan kita mengetahui dan memahami kondisi riil-obyektif ini, maka
kita akan tahu: kira2 pokok-pokok permasalahan (baca:kontradiksi) apa yang
sedang berlaku dalam masyarakat TL. Berangkat dari sinilah, sebuah perumusan
program perjuangan baru dapat dibuat, beserta strategi-taktik dan juga bentuk
oragnisasi gerakan yang cocok. Salam